Jumat, 22 April 2011

Potret Pendidikan Indonesia di Layar Lebar

Harun adalah penyelamat hari itu. Ia melengkapkan jumlah murid baru sekolah bobrok yang nyaris dibubarkan itu. Menyelamatkan teman-temannya dari masa depan suram mereka sebagai kuli kopra atau kuli PN Timah. 

Selama enam tahun, sepuluh anak istimewa itu bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong, Belitong. Keadaan yang membuat mereka bersekolah di sekolah bobrok yang dikala malam berubah menjadi tempat peristirahatan bagi kambing-kambing disaat anak - anak pejabat PN Timah
menikmati sekolah yang serba berkecukupan dan berfasilitas. Anak anak itu ialah Ikal, Lintang, Kucai, Syahdan, Samson, Mahar, A Kiong, Harun, Trapani, dan Saharayang disebut dengan Laskar Pelangi. Perjuangan dengan segenap tenaga mereka untuk bersekolah dan semangat yang  membara-bara untuk mencapai mimpi membuat mereka bertahan dan tekun belajar apapun rintangannya.

Lintang, sang luar biasa jenius yang dianggap sebelah mata oleh dunia, membuktikan dan mengangkat nama sekolahnya di lomba cepat tepat se Belitong, mengalahkan murid-murid sombong PN Timah tanpa memberi kesempatan bagi mereka sedikitpun untuk menjawab pertanyaan. Ia merupakan anak sulung dari seorang pelaut yang menanggung 14 nyawa, rumahnya satu jam dari sekolah dengan mengayuh sepeda tiap paginya. Melewati hutan, sungai dan buaya buasnya demi menggapai cita-citanya sebagai ahli matematika.

Kisah dari novel dan film Laskar Pelangi ini menunjukkan ketimpangan sosial dan pendidikan yang dienyam oleh anak-anak Indonesia. Disuatu sisi, anak-anak berjuang keras untuk mendapatkan ilmu di sekolah. sedangkan disaat yang bersamaan, anak-anak yang bersekolah di sekolah berfasilitas menyianyiakan kesempatan yang dimilikinya. 
-

0 komentar:

Posting Komentar

 
back to top