Ki Hajar Dewantara berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA(Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit.Lalu beliau bekerja sebagai wartawan dan pada masanya ia tergolong sebagai penulis yang handal, tulisannya komunikatif, tajam dan antikolonial.
Selain itu, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia.
Dalam pengasingan ini, Ki Hajar Dewantara bergabung dengan mahasiswa Indonesia di Belanda. Beliau merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya dengan sistem pendidikannya sendiri.
Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para bangsawan maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Soewardi kembali ke tanah air pada September 1919 dan bergabung dengan sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini menjadikan bekal bagi Soewardi untuk mendirikan Perguruan Tamansiswa
Bagian dari semboyan ciptaannya,”ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” Tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional yang berarti mengikut dari belakang. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara dan potret dirinya pada uang kertas pecahan Rp 20.000,00
(dikutip dari wikipedia dan berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar